Inkonsisten = Munafik?

Entah berhubungan atau tidak, konsisten, berkedudukan sama pada kata konstan yang ada pada kajian ilmu fisika atau matematika. 


        Konsisten, kata sifat, memiliki arti: 
[a] (1) tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; (2) selaras; sesuai: perbuatan hendaknya -- dng ucapan   

Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/konstan#ixzz1vD87oBpI




    Konstan, kata sifat, berarti: 
[a] tetap tidak berubah; terus-menerus: hasil produksi pabrik itu -- selama lima tahun terakhir ini            
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/konsisten/mirip#ixzz1vD7cxHS1

Kata inkonsisten, yang merupakan lawan dari konsisten, berarti berkebalikan dengan arti sesungguhnya. Apabila kata sifat ini menempel pada kata benda, katakanlah manusia, menjadi manusia inkonsisten. Dimana berarti manusia tersebut memiliki sifat tidak tetap (berubah-ubah); tidak taat asas; tidak selaras; tidak sesuai. 

Contoh saja, seorang manusia yang berpendapat tentang suatu hal kemudian malah berbalik melawan pendapat yang dia ucapkan sendiri. Perilaku yang dia lakukan secara sadar atau tidak sadar telah menimbulkan sifat tidak tetap dan berubah-ubah. 

Mungkin, inkonsistensi adalah bagian daripada munafik.

       Munafik sendiri memiliki arti: 
[a] berpura-pura percaya atau setia dsb kpd agama dsb, tetapi sebenarnya dl hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yg tidak sesuai dng perbuatannya; bermuka dua: ia tidak pernah berpura-pura, selalu jujur dan tidak --
   Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/munafik#ixzz1vDC5n7OS



Sifat dimana orang munafik bercirikan tiga hal:
1. Bila bicara ia bohong
2. Bila berjanji ia dusta
3. Bila diberi kepercayaan ia khianat

Terlihat apabila inkonsistensi itu termasuk kedalam salah satu ciri orang munafik atau bahkan mencakup keseluruhan dari ketiga ciri tersebut, itu semua kembali kepada penilaian masing-masing. 

Bukan berpihak. Lihat saja, dan bagaimana jika anda berada di dalam posisi seperti ini. Anda dihadapkan pada posisi menjadi seorang mahasiswa baru yang dalam tahap mencari jati diri sedang berusaha mencari kegiatan diluar kampus. Anda tidak tahu harus mulai dari mana, sedangkan keinginan anda sangat besar untuk segera memulai. Lalu anda mencoba mengisi formulir salah satu organisasi, tetapi ditengah-tengah perjalanan untuk bisa diterima dalam organisasi tersebut anda malah berhenti dengan alasan ketidakcocokan. Lalu anda mencoba organisasi lain, anda mendaftar, lalu anda berhenti sebelum diterima. Terus menerus sampai berkali-kali anda mencoba dan selalu berhenti ditengah jalan dengan alasan yang sama dikepala anda, ketidakcocokan. Sampai pada akhirnya anda yang hanya iseng mencoba untuk masuk salah satu organisasi, anda malah menemukan kecocokan anda ada dalam organisasi tersebut.


Berbeda jika anda berada dalam posisi seorang yang merasa dirinya kaya dan mampu untuk menjadi wakil dari sekian banyak orang. Anda mengumbar janji dan diberi kepercayaan, lalu mana hasilnya? Orang-orang ramai membicarakan anda dari belakang!

Beberapa hal yang patut dicermati, mungkin ini tidak berbeda jauh dengan halnya mencari pasangan hidup. Anda berpacaran dengan banyak wanita atau lelaki tentu saja untuk menemukan satu pasangan hidup anda nanti, bukan? Lalu apakah anda harus menjadikan pasangan pertama atau yang kedua sebagai pasangan terakhir anda? Tidak selamanya itu benar dan juga tidak selamanya itu salah. Adakalanya mereka yang berhasil hanya dalam percobaan pertama. Jodoh yang mengatur. Ini lebih baik daripada anda yang sudah menikah nanti hingga akhirnya bercerai karena tidak cocok dengan pasangan anda. Tentu saja itu sedikit terlambat. Anda sudah berada dalam jalur yang lebih curam. Selagi masih dini, masih ada beberapa kesempatan jika memang itu bisa anda ambil maka ambil lah kesempatan itu. Jangan sampai ada penyesalan.

Begitu juga dengan anda yang mencoba mencari jati diri anda dengan mengikuti sebuah organisasi, anda harus benar-benar memilih. Apakah bisa anda melakukan sesuatu hal dengan setengah hati, tentu hasilnya juga tidak akan lebih dari setengah. Jika anda berada dalam posisi dimana anda harus berhenti di sebuah level yang dimana anda masih bisa mundur, mundurlah, atau menyesal lah. Anda mundur satu atau dua langkah untuk seribu langkah kedepan.

Menurut saya pribadi, inkonsistensi itu tidak ada. Inkonsistensi bersifat tidak konstan. Apabila anda dikatai sebagai orang yang bersifat inkonsisten, maka anda tidak perlu menganggap itu sebagai suatu hal yang cukup penting untuk bisa mengganggu anda. Mengapa? Karena jika anda memang benar-benar memiliki sifat inkonsisten, toh anda tetap konsisten pada ke-inkonsistensi-an anda sendiri.


Inkonsistensi adalah sebuah pilihan. 


Satu hal lagi. Anda inkonsisten? Setidaknya anda masih jauh lebih baik daripada orang yang hanya menunggu ke-konsistensi-an dan ke-inkonsistensi-an dunia ini.

Comments